Kamis, 21 Agustus 2014

DAMPAK KERUSAKAN HUTAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP


OLEH:JULIANA MATAN,S.HUT

 
Hutan menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kawasan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan (riap yang berbeda)
Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan yaitu sebagai berikut :
A. Segi biofisik
1. Illegal logging (Penebangan liar)
Terjadinya penebangan liar dalam suatu kawasan hutan semakin memicu terjadinya kereusakan hutan dan menurunnya/berubah fungsi hutan, walaupun penebangan liar telah dilarang selama bertahun-tahun oleh pemerintah setempat dan pihak militer, namun sekarang ini terdapat bahaya besar yang mengancam dengan merajalelanya pandangan “bebas bagi siapa saja” termasuk penduduk untuk menebang kayu sebanyak-banyaknya.
2. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini, karena keteledoran dari masyarakat itu sendiri yang tidak memperhatikan/tidak memperdulikan seperti membuang puntung rokok ke hutan dan lain-lain.
3. Perambahan hutan
Petani yang menanam tanaman tahunan perkebunan dapat mengakibatkan ancaman utama berupa kerusakan hutan yang diciptakan oleh petani kaya, imigran dan pengusaha dari kota yang mengubah hutan menjadi lahan penanaman tanaman keras yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan semakin meluasnya perambahan sehingga melewati tata batas hutan yang telah ditetapkan untuk tidak dijadikan sebagai lahan pertanian atau perkebunan.
4. Program pembangunan
Program pembangunan yang mendayagunakan lahan hutan seperti sawah, transmigrasi (pemukiman), perkebunan, dan lain-lain sehingga hutan menjadi berubah fungsi dan akan berakibat buruk bagi lingkungan.
5. Serangan hama dan penyakit
Timbulnya ledakan hama secara besar-besaran akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga membuat hama dan penyakit ada yang menjadi kebal terhadap pestisida dan menyerang semua tumbuhan atau pepohonan yang ada dalam suatu kawasan hutan.
B. Segi manajemen
1. Kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada lingkungan misalnya, dalam penyusunan tata ruang, yang seharusnya suatu lahan itu adalah kawasan hutan, menjadi kawasan pertanian, pemukimam dan lain-lain.
2. Perencanaan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian hutan seperti pembangunan rumah dari batu merah, dimana pabrik batu merah berdiri di sekitar kawasan hutan, dimana pabrik itu menggunakan bahan bakar kayu yang diambil dari hutan sehingga masyarakat beramai-ramai menggunduli hutan untuk memenuhi kebutuhan pasokan kayu bakar dari pabrik batu merah.
3. Persepsi dan pemahaman masyarakat yang tidak tepat terhadap sumber daya hutan, dimana masyarakat lebih dominan menanam tanaman pertanian dari pada tanaman kehutanan karena waktu yang dibutuh kan oleh tanaman pertanian lebih cepat menghasilkan daripada tanaman kehutanan.
Ekosistem adalah suatu sistem dimana terdapat hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik) serta terdapat pula pertukaran/arus energi dan materi diantara organisme dengan lingkungan tersebut. Ekosistem terbagi dua yaitu : ekosistem alami yaitu hutan alam dan sungai, sedangkan ekosistem buatan antara lain waduk, lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Ekosistem alami mempunyai kemantapan yang tinggi dibanding ekosistem buatan. Ciri-ciri dari ekosistem yaitu terjadinya hubungan ekologi dan sistem yang ada atau hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan dan membentuk suatu kesatuan.
Peran hutan dalam suatu sistem lingkungan
1. Fungsi lindung
Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengembalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
2. Fungsi produksi
Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan untuk kepentingan peningkatan devisa dan kesejahteraan masyarakat.
3. Fungsi konservasi (perlindungan)
Dapat dikatakan sebagai fungsi pemeliharaan dan pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistem yaitu hutan menjadi suatu kawasan konservasi yaitu kawasan dengan lingkungan yang baik, udara yang segar dan pemandangan yang indah seperti kawasan pelestarian alam (KPA) yang terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata. Kawasan suaka alam (KSA) terdiri dari cagar alam (CA), suaka marga satwa (SM), dan cagar biosfer (CB).
Pengaruh global di hutan tehadap sistem kehidupan
1. Pengaruh terhadap iklim
Hutam merupakan produsen terbesar dari oksigen dan Indonesia memiliki banyak hutan tropika basah sebagai penghasil terbesar oksigen.
2. Pengaruh terhadap curah hujan
Pengaruh hutan terhadap curah hujan sangat besar. Di negara-negara kepulauan, pengaruh curah hujan mencapai 60% dan di lautan 40%. Salah satu cara memperbaiki iklim kita adalah dengan memperbaiki hutan kita agar perubahan-perubahan iklim tidak terlalu variatif seperti mencairnya es di kutub, pemanasan global.
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
– Komponen-komponen pendukung yang mendukung fungsi tersebut seperti fungsi dari suaka alam misalnya eboni.
– Tanaman-tanaman lainnya yang merupakan asosiasi dari eboni tadi
Fauna / satwa yang ada di sekitar itu
– Mikroorganisme dan kesuburan tanah dalam kawasan hutan
– Pengaruh keanekaragaman hayati
– Kerusakan habitat
– Jalur-jalur migrasi dari fauna dalam hutan konservasi
Unsur-unsur terbesar dari kerusakan lingkungan yaitu :
1. Hutan
Perkiraan tidak resmi dari bank dunia menyatakan bahwa setiap tahunnya Indonesia kehilangan 1,5 juta Ha hutan selama 12 tahun terakhir dan apabila ini dibiarkan maka akan terjadi ketidakstabilan/ketidakseimbangan lingkungan yang akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia.
2. Pencemaran
Pencemaran sekarang menjadi marak di Indonesia, dimana limbah-limbah pabrik dibuang begitu saja tanpa memperhatikan dampak yang terjadi pada lingkungan.
3. Kemiskinan
Hal ini akan memicu kerusakan lingkungan semakin besar karena setiap orang akan berbuat apa saja demi sesuap nasi walaupun yang dilakukan ini adalah merusak lingkungan.

PERMASALAHAN PEMASARAN PRODUK PERTANIAN

OLEH:ADZAN SANJAYA



Pemasaran dalam kegiatan pertanian memainkan peran ganda. Pertama, berperan sebagai sumber terbentuknya harga produk pertanian, yang mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen. Kedua, menjadi media perpindahan fisik dari titik produksi (petani atau produsen) ke tempat pembelian (konsumen). Namun untuk dapat memainkan kedua peran tersebut petani sering menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut diantaranya;
  1. kesinambungan produksi
sala satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil pertanian berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu pertama, volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil (small scale farming). Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu. Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. Keempat, sifat produksi pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat.
  1. kurang memadainya pasar
hal iani berhubungan dengan cara penetapan harga dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang berlaku, tawar-menawar, dan borongan. Pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku tergantung pada penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebis bersifak kekeluargaan, apabila tercapai kesepakatan anatara penjual dan pembeli maka transakasiterlaksana. Praktik pemasaran dengan cara borongan terjadi karena keadaan keuangan petani yang masih rendah.
  1. panjangnya saluran pemasaran
panjangnya saluran pemasaran menyebabkanbesarnya biaya yang dikeluarkan, serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedangang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui dari petani sampai ke konsumen.
  1. rendahnya kemampuan tawar-menawar
kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan produk-produk yang dihasilakan dijual dengan harga yang rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan besar pada umumnya adalah pihak pedagang.
  1. berfluktuasinya harga
harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi bergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapa terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi dalam jangka panjang. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit melakukan perencanaan produksi, pedagang juga sulit dalam memperkirakan permintaan.
  1. kurangnya informasi pasar
informasi pasar merupakan faktoe yang menentukan apa yang diproduksi, dimana, mengapa, bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Kondisi tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan yang matang. Beitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar dengan baik, terutama kondisi makro.
  1. rendahnya kualitas produksi
rendahnya kualitas produk yang diahasilkan karena penanganan yang dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari prapanen sampai panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu produk yang diahsilakan juga ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti melalui standarisasi dan grading.
  1. rendahnya kualitas sumberdaya manusia
rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pedesaan tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pascapanen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran.

Selasa, 05 Agustus 2014

safari penyuluhan di WK-BP3K Gumbasa

 Safari Penyuluhan ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di WK-BP3K Gumbasa. hal ini dilakukan untuk lebih mengenal lebih dekat permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan.
Antusias petani dalam mengikuti pertemuan dan kegiatan safari ini menandakan bahwa petani sangat ingin ditingkatkannya kegiatan-kegiatan seperti ini.
Melalui kegiatan ini, petani dapat bertanya langsung tentang berbagai hal, baik itu pertanian, perikanan maupun kehutanan, dan penyuluh juga bisa dengan lebih jauh memberikan pemecahan-pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani. Metode penyuluhan seperti ini sangat membantu kegiatan penyuluhan yang ada.
Safari penyuluhan ini dilaksanakan di desa Tuva Kecamatan Gumbasa, salah satu desa yang ada di wilayah Kerja BP3K Gumbasa.
Kami berharap, kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap perubahan pola pikir dan kebiasaan yang sering dilakukan oleh petani.
Suksesnya penyuluh dapat dinilai dari Suksesnya Petani.........
Semoga Bermanfaat......


Kegiatan Demfarm 2013 di WK-BP3K Gumbasa

 Kunjungan Irjen Pertanian ke salah satu lokasi Demfarm dari tiga lokasi yang ada diwilayah kerja BP3K Gumbasa pada tanggal 30 Agustus 2013.
Alhamdulillah hasil yang petani dapatkan dalam pengaplikasian kegiatan pendampingan Demfarm Padi ini sangat memuaskan, dari sebelum kegiatan petani hanya memperoleh hasil kurang lebih 4-5 ton/ha, namun setelah kegiatan ini berlangsung petani memperoleh  hasil 7-7,6 ton/ha.
Hal ini sangat membantu dalam penerapan  inovasi teknologi pertanian di Desa Sibalaya Utara Kecamatan Tanambulava, khususnya bagi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar Indah.
 Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh karena petani mulai menerapkan sistem pertanaman Jajar Legowo dengan metode Tapin(tanam pindah).
Di kelompok Mekar Indah Desa Sibalaya Utara ini baru menerapakan sistem tanam Jargo dengan pola 4:1, namun hasil yang didapatkan sdh sangat menggembirakan. hal ini menandakan bahwa sistem tanam tersebut sangat membantu dalam peningkatan produksi padi.
Melalui kegiatan Demfarm ini pula sangat membantu penyuluh dapat memberikan dan menyebarkan informasi tentang cara meningkatkan produksi pertanaman sesuai yang dianjurkan, mulai dari sistem tanam Jajar Legowo, pemupukan berimbang, penggunaan air secara berselang, pengendalian hama penyakit, sampai pada cara panen dan pasca panennya.

Kami penyuluh merasa sangat terbantu dengan kegiatan-kegiatan seperti ini, karena melalui kegiatan ini petani lebih mudah belajar dengan bekerja dan belajar dengan melihat. Kami berharap kegiatan ini merupakan awal dari proses pembelajaran petani untuk meningkatkat Pengetahuan Keterampilan dan Sikapnya guna peningkatan produksi pertanamannya.

Penyuluh : bekerja ikhlas memanen berkah

 
 
 
 
 
Banyak orang berpikir bahwa menjadi penyuluh pertanian adalah hal yang sia-sia, tapi bagi kami penyuluh, itu adalah pekerjaan yg sangat istimewa. Dengan penghasilan yang seadanya, kami dituntut untuk mengabdi semaksimal mungkin. Bayangkan saja, kami bukan berhadapan dengan seonggok kertas yang tak akan protes jika kami melakukan kesalahan, atau setetes tinta yang akan dengan mudahnya terhapus jika kami menginginkannya. Kami adalah pegawai  yang harus berhadapan dengan orang-orang yang punya karakter dan watak yang beragam, tingkat pendidikan yang berbeda, atau mungkin adat kebiasaan yang beraneka. Tapi itu bukan acuan kami untuk gentar menjadi seorang penyuluh. Kami bekerja untuk mensejahterakan hidup petani, meskipun sebenarnya kamipun belum tentu sejahtera.
Banyak kendala yang kami hadapi dilapangan. Kadang kami harus bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan petani yang sebenarnya bukan tugas kami untuk menjawabnya, tapi disitulah keunggulan kami penyuluh dibanding pegawai yang lain. Kami harus menjadi manusia yang memiliki seribu ilmu, meski kami hanya menguasai salah satu diantaranya.
Siapa yang tidak bangga jadi penyuluh, kami bekerja tanpa dibatasi waktu, senin sampai senin kembali tdk menjadi halangan untuk kami bekerja. Kamipun tidak punya jam kerja, pagi sampai malam bisa jadi jam kerja kami. Tapi banyak yang tdk memahami ritme kerja kami… kenapa ??? mungkin karena mereka bukan penyuluh.
Ada yang berpikir bahwa menggaji seorang penyuluh hanya menghabiskan anggaran daerah… tapi apa betul??? Alangkah naifnya jika satu yang berbuat, semua terkena dampaknya. Lagi-lagi penyuluh harus berlapang dada menerima semuanya. Jika ada yang bertanya, siapa yang berperan dalam meningkatkan taraf hidup petani, dari yang gagap teknologi menjadi mahir berteknologi, khususnya teknologi dibidang pertanian, mungkin bukan kami penyuluh yang akan disebut. Tapi jika ada yang bertanya, apa yang membuat petani gagal menghasilkan produksi yang maksimal, pasti yang teringat pertama adalah penyuluhnya. Dari sinilah kami memanen pahala… mungkin dunia sulit kami raih, tapi insya allah akherat sudah kami genggam. Itu salah satu alasan mengapa saya ingin menjadi penyuluh pertanian.

5 MANFAT PUPUK KOMPOS


                                                         OLEH:ADZAN SANJAYA

 
  •  Meningkatkan aktivitas mikroba. Kompos mengandung bermilyar mikroorganisme. Semakin banyak aktivitas mikroba di dalam tanah, akar tanaman semakin mudah mendapatkan zat pakan (nutrien). 
  • Mengembangkan struktur tanah. Meskipun jenis tanah adalah tanah liat atau bercampur pasir, penambahan kompos akan menguntungkan struktur tanah tersebut. Kompos akan mengikat partikel tanah liat dan membantu untuk “membuka” tanah. Kompos mengisi ruang antara pasir dan membantu tanah menahan air. 
  • Mengembangkan kimia tanah. Kondisi tanah dapat bervariasi dari yang sangat basa hingga sangat asam sehingga nutrien menjadi berlebih atau kurang. Kompos membantu menetralkan kimia tanah dengan melunakkan ekstremitas ini. Pengkomposan materi akan mengikat mikronutrien seperti besi, tembaga, mangan dan seng, dan meningkatkan ketersediaannya. 
  • Cacing tanah menyukai. Pengkomposan material akan menyedia-kan makanan untuk cacing tanah dan mendorong mereka untuk memperba-nyak diri. Cacing tanah membuat liang sehingga memudahkan udara memasuki tanah dan “casting”nya merupakan sumber nutrien yang sangat bernilai dan membantu mempertahankan air. 
  • Keuntungan lain. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang berkompos, cenderung lebih sehat, tahan penyakit, lebih tahan hama, memperlihatkan toleransi kekeringan dan membutuhkan lebih sedikit air 

Senin, 04 Agustus 2014

SERAH TERIMA TRAKTOR DI BP3K GUMBASA

 Acara serah terima Hand Tractor dari Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan beserta Kepala BP4K Kabupaten sigi kepada Kelompok Tani penerima kegiatan kontingensi pada tanggal 17 April 2013 di BP3K Gumbasa berjalan dengan baik. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kelengkapan Sarana Produksi untuk menunjang kegiatan tanam serempak di lokasi persawahan kelompok tani penerima.
9 kelompok tani penerima kegiatan Kontingensi 2012 di wilayah kerja BP3K Gumbasa merupakan kelompok tani yang diharapkan dapat  mengembangkan dan menerapkan Tekhnologi Pertanian yang sesuai anjuran, sehingga dapat membantu pemerintah dalam Program P2BN yang menghasilkan surplus beras 10 juta ton pada Tahun 2014 nanti.
 Acara ini juga dihadiri oleh Koordinator Penyuluh Kabupaten Sigi beserta para undangan pertemuan teknis se-kabupaten sigi.
Kami berharap, dari kegiatan ini dapat menumbuhkan kembali perhatian dan kerjasama yang baik antara petani dan para penyuluhnya.
Maju terus Pertanian....
Maju terus BP3K Gumbasa...
Maju terus para penyuluh....
Sejahtralah petaniku......
Mari kita sukseskan Program P2BN surplus beras 10 juta ton.

PENDAYAGUNAAN JERAMI BAGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI


Oleh: Nasikah. SP
Petani sering mengeluhkan penurunan produksi dari tahun ke tahun. Banyak yang berpikir karena kurangnya asupan makanan yang menjadikan hal tersebut, sehingga kebanyakan petani semakin meningkatkan pemberian pupuk anorganik pada lahan pertaniannya. Bayangkan saja, jika petani menggunakan pupuk urea kurang lebih 400 – 500 kg per hektarnya, sedangkan penggunaan urea yang disarankan hanya berkisar antara 250-300 kg perhektar, itu berarti petani melakukan penambahan pemakaian hampir 100% dari yang dianjurkan oleh BPTP Prop. Sulawesi Tengah.
Ketergantungan penggunaan pupuk anorganik serta kurangnya pengetahuan, yang menjadikan hal tersebut semakin parah. Hal tersebut memicu banyaknya peneliti melakukan riset tentang penanggulangan ketergantungan penggunaan pupuk tersebut dengan cara yang mudah dan murah, salah satunya dengan mengembalikan jerami sisa  pemanenan ke lahan persawahan. Hal ini didasari oleh hasil penelitian yang menggambarkan bahwa banyak unsur hara yang terbuang percuma jika jerami tersebut tidak dikembalikan ke lahan persawahan.
Kebiasaan petani melakukan pembakaran jerami sesudah panen juga membuat tingkat kejenuhan tanah menjadi lebih parah. Hal ini juga yang memicu terjadinya perubahan iklim. Why ? karena pembuangan CO2 yang berlebih ke udara akibat pembakaran jerami memicu peningkatan efek rumah kaca. Jadi jangan heran jika sekarang Sulawesi Tengah, khususnya Kab. Sigi yang merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Sulawesi Tengah mendapat peringatan WASPADA dampak perubahan iklim.
Saat ini banyak petani yang mengeluhkan gagal panen akibat perubahan musim yang tdk menentu. Sekarang pun banyak bermunculan hama-hama yang baru ditemui, yang dulunya hanya ada di Pulau Jawa, sekarang hama tersebut bisa juga berkembang didaerah yang minim hujan seperti Sulawesi Tengah ini. Jadi bersiaplah menghadapi hal yang lebih parah lagi, jika perlakuan-perlakuan negative yang sering petani terapkan, tidak dicegah mulai dari sekarang.
Menurut penelitian, ketika kita memanen padi 5 ton gabah kering dari 1 ha sawah maka kita telah kehilangan unsur hara 150 kg N, 20 Kg P, 150 Kg K dan 20 Kg S yang terbawa oleh hasil panen kita. Dari hasil panen 5 ton gabah kering tersebut biasanya akan menghasilkan 7,5 ton jerami. Di Indonesia rata-rata kandungan unsur hara yang terkandung dalam jerami adalah 0,4 % N, 0,02 % P, 1,4 % K dan 5,6 % Si. Dan yang perlu diketahui adalah ketika kita memanen padi 5 ton/ha akan menghasilkan jerami sebanyak 7,5 ton yang mengandung 45 kg N, 10 Kg P, 125 Kg K, 10 Kg S, 350 Kg Si, 30 Kg Ca 10 Kg Mg.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka petani dapat mengurangi biaya produksinya sekitar Rp. 900.000, jika kandungan unsure hara tersebut diaplikasikan pada penggunaan pupuk anorganik seperti Urea, SP36 dan KCl.
Jadi, apa yang membuat petani enggan melakukan hal tersebut ?.  Petani pada umumnya melakukan pengolahan lahan dengan rentan waktu penanaman yang sangat pendek, mereka dapat melakukan pengolahan lahan persawahan selama kurang lebih 1 minggu dan melakukan pindah tanam sehari sesudahnya, sehingga pengaplikasian pengembalian jerami ke lahan persawahan sangat sulit dilakukan. Kendala yang lain adalah masih minimnya pengetahuan petani dalam pengaplikasian pengembalian jerami pada lahan persawahan, serta waktu pengolahan yang cukup memakan waktu dan tenaga, karena proses pengomposan biasanya dilakukan dengan cara membolak balik bahan komposan untuk membantu mempercepat proses pengomposan, selain itu jika bahan komposan terdiri dari jerami padi dan activator seperti EM4 saja, masih perlu dilakukan pencacahan jerami, untuk mempermudah pembusukannya. Hal inilah yang membuat Petani lebih tertarik pada cara peningkatan produksi yang lebih mudah, meskipun dampak jangka panjang yang dihasilkan sangatlah merugikan.
Tapi sekarang, cara pengomposan tersebut bisa dikatakan teknologi jadul alias teknologi jaman dahulu. Karena sekarang telah ditemukan activator yang lebih mudah digunakan dan tanpa pencacahan terlebih dahulu. Activator tersebut di teliti dan dikembangkan oleh para peneliti di Institut Pertanian Bogor, yang sekarang lebih dikenal dengan nama PROMI. Meskipun activator tersebut belum beredar luas dipasaran, tapi inilah salah satu pengembangan dan inovasi teknologi yang dapat mempermudah petani dalam melakukan pengomposan jerami. Hanya dengan menggenangi lahan pertanian yang telah diberikan jerami, lalu disemprotkan aktivator, dan dibiarkan selama kurang lebih 3-4 minggu, maka petani sudah dapat menggunakan lahan pertaniannya dengan lebih bijak dan lebih menguntungkan.
Penggunaan pupuk organik dari hasil pengolahan jerami ini akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, karena selain menambah unsur hara didalam tanah, juga akan mempermudah dalam pengolahan lahan persawahan.
Luar biasa bukan ? hanya dengan mengembalikan jerami ke lahan pertanian, petani sudah dapat memangkas penggunaan pupuk anorganik yang semakin hari semakin langka dan semakin mahal, selain itu dapat membantu kelestarian lingkungan. Jadi, mengapa harus membakar jerami, kalau pengembalian jerami jauh lebih menguntungkan.